Rabu, 01 Desember 2010

Itoph

Bekerja sebagai seorang waiter, helper, hingga asisten chef pernah dilakoni oleh pria yang kini menjadi Sushi chef sekaligus pemilik sebuah resto sushi ini. Siapa sangka belajar memasak dari sang oma dan rasa ingin tahu yang besar justru merupakan modal terbesarnya menjadi sukses!

Bernama lengkap Toar Christopher atau yang akrab disapa Itoph, sushi chef dan salah satu pemilik Poké Sushi ini mengaku tak pernah menyangka akan menjadi seorang chef apalagi seorang sushi chef. Cita-citanya semasa SMA adalah menjadi seorang arsitek untuk mengikuti jejak sang ibu. Bahkan ia pun sempat mengecap pendidikan arsitek di Universitas Parahiangan, Bandung.

"Saya dulu bandel sekali, sehingga baru beberapa semester saya pun drop out akibat sering tidak masuk kuliah," ujarnya sambil terkekeh geli mengenang masa lalu. Hampir putus asa akhirnya sang ibu memutuskan untuk mengirimnya ke USA dan mengambil jurusan IT. Hijrah ke USA justru menjadi titik balik dari kehidupan Itop yang tak pernah bisa diduganya.

Pengalaman pertama bekerja part time dilakoninya di sebuah restoran bernama 'Little Tokyo'. Menjadi seorang waiter hingga kesulitan berkomunikasi dengan bahasa Inggris juga pernah dialami oleh Itop. Akhirnya saat terjadi krisis moneter di Indonesia pada tahun 1998 memaksanya bekerja total untuk membiayai kuliah.

Setelah menjalani training di Tennesee, USA selama 3 bulan akhirnya bapak dari seorang putri berusia 12 tahun ini ditempatkan di sebuah restoran Cina. Disinilah ia mulai mendapatkan ketrampilan dasar untuk menjadi seorang chef. Mulai dari menjadi seorang waiter, hingga kemudian menjadi seorang 'helper' di dapur. Menguliti ayam, mengangkat barang, hingga berdiri berjam-jam sudah merupakan makanan sehari-hari yang dijalani Itoph dengan tekun dan penuh kesabaran.

Tak sia-sia, ketika perusahaan tempat ia bekerja ingin membuka sebuah restoran Jepang di ia pun mendapatkan tawaran untuk mendalami sushi. Sebulan penuh ia mempelajari dan menghapalkan menu hingga diterima sebagai 'helper' seorang sushi chef. "Belajar menjadi sushi chef tidak mudah karena kita tidak diajarkan secara langsung. Kita harus pandai-pandai berlatih sendiri dan memperhatikan teknik sang chef, sebab sushi chef memang biasanya terkenal pelit berbagi ilmu" terangnya.

Setelah setahun, akhirnya Itop memperoleh kepercayaan dari sang chef untuk membuat maki dan nigiri sushi. Dalam tahap sebelumnya Itoph bahkan menjalani training mengasah pisau, mencuci, menyiapkan sayuran hingga memotong sayuran.

"Yang tersulit dari membuat sushi kita harus bergerak cepat sementara hasilnya tak hanya enak namun harus cantik," ujar Itoph. Cekatan dan kedisiplinan Itoph membuat sang guru terkesan dan merekomendasikan dirinya untuk memperdalam 'speed' membuat sushi pada teman sang guru di Atlanta. Ia pun sempat berguru di Atlanta selama 3 bulan, sebelum akhirnya kembali ditarik di perusahaan tempatnya bekerja dulu.

Perjalanan menjadi seorang corporate sushi chef pun dimulai, ia pun dipercaya memberi pelatihan outlet-outlet sushi perusahaan yang tersebar di seluruh Amerika. Namun tak lama, pekerjaan tersebut membuatnya bosan ia pun melamar bekerja di sebuah resto Jepang 'Ohana'. Pengalaman membuatnya diangkat menjadi sushi chef Ohana dan bekerja disana hampir 2 tahun lamanya.

Setelah pulang ke Indonesia, berkat dorongan dan ajakan teman-teman ia pun berani membuka sebuah restoran sushi bernama Poké Sushi Dharmawangsa yang menjadi cikal bakal tumbuhnya outlet-outlet Poké Sushi lainnya di Jakarta. Restoran berkonsep 'Japanese American Fusion' ini memang memiliki spesialisasi sushi berbentuk roll. Namun jika ditanya soal makanan favoritnya, "Sebenarnya makanan favorit saya bukan Jepang melainkan Bruine Bonen Soep buatan oma saya," ujarnya.

Tak pelit berbagi ilmu, ia pun memberikan resep membuat Caterpillar Unagi Roll bagi pembaca detikfood khususnya mereka pencinta sushi. Sushi ini merupakan salah satu menu favorit pengunjung Poké Sushi yang hmm... oishii desu ne!

Caterpillar Unagi Roll
Untuk 8 potong

Bahan:
80 g Nasi sushi
?? lembar nori ukuran 10x20 cm
10 g tobiko
80 g daging alpukat, iris tipis
10 g kyuri/mentimun hijau, iris tipis
50 g unagi, siap beli
10 ml saus unagi/teriyaki
Taburan:
1 sdt tobiko

Cara membuat:
* Sebarkan nasi sushi secara merata dengan menyisakan 5 mm bagian memanjang nori tanpa nasi. (Sebelumnya, basahi tangan dengan air).
* Balikkan ke atas makisu (gulungan bambu) yang sudah dilapisi plastik sehingga bagian nasi ada di luar. Susun di atas nori; tobiko, unagi dan kyuri.
* Gulung sambil padatkan hingga rapi dan lurus.
* Susun irisan alpukat segar di atasnya, tekan kembali dengan makisu hingga
* salmon melekat.
* Perciki dengan saus unagi/teriyaki dan taburi tobiko
* Potong melintang menjadi 8 bagian. Lapisi plastik, tekan-tekan kembali.
* Susun di atas piring, sajikan segera.

Tips:
* Untuk alpukat, pilih alpukat lokal Sukabumi yang besar dan tua. Ketika dipegang rasanya ‘kekar’, keras tetapi tidak terlalu lembut.
* Agar alpukat tidak kecokelatan warnanya, potong-potong sesaat akan disajikan atau digunakan.
* Unagi dapat dibeli di supermarket yang menjual produk import seperti Ranch Market, Sogo, dll.
* Pilih unagi yang besar, dagingnya lebih enak dan lebih lembut.
* Jika masih tersisa, unagi dapat disimpan di chiller.

"Kalau orang lain bisa, maka saya juga harus bisa," demikian tuturnya saat ditanya tentang motto hidupnya dan kegigihannya dalam menjalani hidup. (dev/Odi)

Sumber : Devita Sari - detikFood

Lihat juga:
Sate
Steak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar